[Essai Lomba] Literasi Berbasis Media Digital Untuk Membangun Cinta Tanah Air Generasi Muda di Era Revolusi Industri 4.0
Sebuah negara dapat terlihat maju dan berkembang karena dipengaruhi oleh sumber daya manusia yang mencakup di dalamnya. Salah satunya negara Indonesia, Indonesia dikenal sebagai negara berkembang yang memiliki sumber daya manusia. Hal tersebut merupakan bentuk pencerminan bahwa sangat diperlukan pola pikir manusia yang cerdas dan realistis untuk memajukan bangsanya. Dalam mewujudkan sebuah negara yang maju dan berkembang maka sangat diperlukan pemikir yang benar–benar mendedikasikan diri untuk memahami dan mampu mencerna masalah – masalah yang timbul.
Pemikir
yang dimaksud dalam hal ini adalah generasi muda calon pemimpin yang lahir pada era revolusi
industri. Berdasarkan dengan pengamatan yang jelas bahwa generasi muda memiliki peranan yang sangat penting untuk memikirkan
nasib bangsa Indonesia ke depannya apalagi pada zaman yang semakin maju serta memasuki era revolusi
industri 4.0. Mengedepankan jiwa nasionalis merupakan suatu pokok yang perlu
ditanam pada kepribadian generasi muda yang saat ini muda dipengaruhi oleh
perubahan zaman. Generasi muda perlu akan adanya kepekaan dan kritis terhadap perubahan zaman yang
bertujuan dalam mempertahankan dan memajukan bangsanya melalui pola pikir yang
diwujudkan secara kongkrit.
Kebudayaan
sebuah negara merupakan bagian dari identitas nasional bangsa. Namun, ternyata
seiring dengan perubahan zaman semakin rapuh. Sikap idealisme dan Individualisme yang ada dalam pribadi
generasi muda memberikan pengaruh terhadap pola pikir yang harus dikembalikan dan
dikembangkan untuk memajukan bangsanya. Bermula dari banyaknya sebuah permasalahan yang timbul dari beberapa
sudut yang tak terduga sehingga generasi muda harus benar – benar teliti dalam melihat
permasalahan yang ada.
Seiring
dengan perubahan zaman yang berpengaruh pada munculnya peradaban baru yang
berbasiskan informasi segala hal terkait dan membutuhkan informasi sehingga
komunikasi dan transaksi yang terjadi berada diantarwilayah, antarnegara, dan antarbangsa tidak ada lagi batas yang
memisahkan disebut sebagai globalisasi. Globalisasi menjadi budaya dunia yang
menawarkan dan mengubah pola pikir bahkan perilaku masyarakat, hal ini dapat
terlihat dari gaya berpakaian masyarakat modern yang meniru barat dan korea
serta bebicara menggunakan bahasa gaul dengan singkatan dan mencapur bahasa
baru.
Dalam
hal ini telihat bahwa pengaruh zaman yang bisa dikatakan era globalisasi.. Era ini ditandai
dengan perubahan tatanan kehidupan yang harus tetap siap menerima perubahan tersebut. Namun, dari tananan kehidupan baru ini secara tidak langsung
kita sadari bahwa dalam keadaan tersebut telah menggeser nilai – nilai
bangsa Indonesia yang telah ada. Masuknya era globalisasi menunjukkan sikap individualisme
masyarakat yang semakin telihat dan menonjol sehingga memberikan kesan bahwa
masyarakat lebih mengedapankan kepentingan pribadi dibandingkan kepentingan
umum. Selain
itu, sikap materialistis yang juga tertanam dalam sebuah kehidupan yang mana menunjukkan
bahwa sikap masyarakat dilihat dari segi kekayaan dan proses dalam menggapai apa yang
diinginkan. Hal ini berpengaruh pada etika dan moral yang telah terbentuk.
Di era abad
21 sekarang ini, pemahaman generasi muda tentang realitas terutama melalui
media massa (cetak, elektronik, dan Internet) termasuk informasi atau pemahaman
konflik dalam masyarakat. Media massa memiliki kemampuan untuk membangun
pencitraan dalam benak generasi muda serta membentuk pendapat mareka. Media
melalui isi pesan melaksanakan strategi pembingkaian, yang menyoroti
aspek-aspek tertentu dan mengabaikan aspek-aspek lain dalam memandang
kenyataan. Strategi media implementasikan secara halus agar tidak disadari oleh
publik (generasi muda). Bila literasi media terutama muncul sebagai akibat
perkembangan televisi, literasi digital
muncul karena perkembangan media baru. Walau paling tidak, ada tiga
jenis baru media baru: handphone, internet, dan games, biasanya kita
mengidentikkan media baru dengan internet.
Media
telah memprogram kita untuk berpikir bahwa media adalah sarana hiburan. Tetapi
seiring berjalannya waktu, kita harus mengubah pandangan tersebut untuk
menjadikan media bukan hanya sebagai sarana hiburan, melainkan sarana untuk
mencari informasi yang bersifat positif. Agar tidak mudah mendapat kesimpulan
setelah menerima suatu informasi dari media massa, baik positif maupun negatif.
Kita juga harus mempunyai persepsi dari diri kita masing-masing terhadap
informasi tersebut.
Di
Indonesia, kegiatan literasi media lebih didorong oleh kekhawatiran bahwa media
dapat menimbulkan pengaruh negatif. Mareka yang prihatin dengan pola interaksi
anak dengan media dan prihatin dengan isi media yang tidak aman dan tidak sehat
biasanya berasal dari kalangan orang tua, guru, tokoh agama, LSM yang peduli
dengan perlindungan anak, kelompok mahasiswa, dan sebagainya. Perkembangan
media literasi di Indonesia masih sangat minim dikarenakan msyarakat lebih mengutamakan
media sebagai sarana hiburan dibanding sarana edukasi. Media literasi belum
dieduksikan kepada anak-anak dan remaja melalui kurikulum sekolah, hanya ada
beberapa seminar dan diskusi yang sangat sedikit .
Literasi
digital mencakup pemahaman tentang web
dan mesin pencari. Literasi digital berdampak pad pusatakawan karena dia harus
menguasai informasi serta literasi lainnya sehingga memungkinkan pustkawan
mengembangkan kegiatan litersi informasi di lingkungannya. Upaya literasi media digital bagi khalayak
menurut Centre For Media Literacy adalah
kemampuan mengkritik media, kemampuan memproduksi media, kemampuan mengajarkan
tentang media, kemampuan mengeksplorasi sistem pembuatan media dari berbagai
posisi, dan kemampuan berpikir kritis atas isi media. Literasi digital
memberikan jalan bagaimana seharusnya berjejaring sosial yang baik itu.
Beberapa
fenomena yang menunjukkan bahwa pengguna internet di Indonesia sejatinya masih
gagap menghadapi media ini. Di satu sisi para pengguna belum memahami spenuhnya
konsekuansi dari penggunaan media digital. Terlebih lagi banyak pengguna belum
memanfaatkan media digital secara produktif untuk mendapatkan, menyebarluaskan
informasi yang benar dan bermanfaat bagi kehidupan bersama. Jadi, meski telah
menguasai baca tulis namun pengguna internet di Indonesia belum sepenuhnya
memiliki kemampuan literasi digital.
Media
digital sebagai sarana untuk mengembangkan kreativitas dan melahirkan generasi
NKRI. Hal tersebut sesuai dengan kode etik, bahwa generasi muda adalah generasi
yang cerdas dan penerus etafet kebangsaan. Maka dari itu dengan mengenalkan
ideologi Pancasila dengan pemahaman yang benar untuk mencintai dan bagaimana
menjadi generasi millenial yang cinta NKRI.
Oleh
karena itu, untuk membangun generasi
muda pemimpin yang cerdas di dunia maya serta berdasarkan aspek kehidupan baik
sosial, budaya, politik dan sebagainya. Maka dari perlu adanya persatuan oleh
Generasi muda yang akan melanjutkan masa depan bangsa sehingga mampu mencerna masalah yang sudah
berlarut ini agar mewujudkan bangsa Indonesia dapat melebarkan sayapnya kembali dengan berpacu pada tujuan dan cita – citanya sesuai dengan asas
dan ideologi yang dimilikinya. Generasi muda yang saat ini menjadi acuan untuk memulai
sebuah perubahan serta menjadi agen pelopor dan pelapor dalam mendemontrasikan
literasi berbasis media digital yang mampu berpengaruh kepada rasa nasionalisme
dan cinta tanah air terhadap Indonesia.
Seiring dengan perubahan zaman di era
globalisasi memunculkan banyak tantangan baru yang perlu kita hadapi
kedepannya. Menyikapi tantangan tersebut harus dihadapi dengan serius dan
optimisme. Segala sesuatu yang terjadi dan bergeser dari nilai-nilai identitas nasional
menyebabkan kekhawatiran akan nasib bangsa kedepan. Kemerosotan moral, watak,
mental, dan perilaku etika hidup terjadi pada generasi
muda yang kurang akan kesadaran sikap nasionalisme.
Melekatnya sikap individualistik terhadap generasi muda
berpengaruh akan kepentingan bersama yang kurang
diproritaskan dan mengedepankan kepentingan pribadi. selain itu sistem politik,
sangat diperlukan yang menunjukkan bahwa untuk menghasilkan suatu pemimpin
harus memiliki jiwa dan semangat yang konsisten dan
komitmen serta tanggung jawab demi kepentingan bersama. Namun hal tersebut tak
sesuai dengan keinginan untuk menjadi seorang pemimpin banyak
segala cara yang bisa dilakukan sehingga
dapat melenceng dari nilai-nilai luhur budayanya. Apabila permasalahan tersebut tidak teratasi maka
akan sulit kedepannya untuk menerima perubahan karena keinginannya yang hanya mau berjalan di tempat tanpa adanya
perkembangan dan kemajuan.
Beberapa permasalahan yang juga
marak terjadi ialah kesadaran dan
pribadi seorang pelajar/generasi
muda akan penting ideologi Bangsa yakni Pancasila di sila ketiga
"Persatuan Indonesia" dan bentuk realisasi HAM (Hak asasi manusia).
Hal tersebut menunjukkan bahwa di era perubahan zaman HAM hanya sebatas
simbolis bangsa atau negara tanpa suatu bentuk pembuktian realisasi. Karena hal tersebut terbukti bahwa sekarang perempuan dan
laki-laki kembali dipersoalkan dalam suatu bentuk yang
namanya pemimpin. Nah, persoalan tersebut
timbul karena perempuan kembali disudutkan dengan segala permasalahan
yang terjadi sehingga kedudukan perempuan kembali ikut
direndahkan. Nah dari situ bagaimana seorang pelajar/generasi
muda bisa merealisasikan suatu bentuk persatuan dan keadilan yang sama bahwa perempuan dan laki perlu adanya keseteraan
bukan untuk adanya penindasan kepada perempuan. Laki
dan perempuan mempunyai hak dan keadilan sama.
Melihat dari sisi sosial yang dipicu pada kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi menunjukkan kita sekarang berada pada titik revolusi industri 4.0,
dari pernyataan tersebut di atas pada bidang komunikasi,
transportasi dan informasi telah merubah paradigma sosial begitu cepat,
khususnya aspek budaya. Meluasnya masyarakat majemuk yang sangat heterogen baik
dari segi suku, agama, adat istiadat, kebiasaan dan perilakunya. Walaupun dalam
hal tersebut ada segi postifnya, tapi tidak akibat
negatif yang ditimbulkan. Kecenderungan pelanggaran
hak asasi manusia, sulitnya mencari keadilan, kriminalitas yang berkadar
tinggi, serta kerisihan sosial yang sulit untuk
dikendalikan menunjukkan persepsi bahwa kita tidak mampu mengendalikan
perubahan tersebut. Selain itu terkait
tentang kualitas pendidikan yang perlu diprioritaskan bukan hanya sekedar bahwa
pemerataan pendidikan sudah baik tapi bagaimana juga disisi lain memikirkan kualitas pendidikan yang
berkualitas baik dari bentuk kesejahteraan dan keterampilan tenaga pengajar yang harus berpikir maju dan berkembang mengikut perubahan
revolusi industri 4.0. Sehingga dengan hal tersebut menghasilkan lulusan yang
optimal baik dari segi penguasaan ilmu dan keterampilan maupun budi pekerti
mareka. Maka dari itu upaya memupuk rasa nasionalisme mencintai Indonesia agar
tidak rentan, mudah pudar terhadap pelajar/generasi muda dengan
menciptkan kader-kader pemimpin bangsa
agar memiliki rasa dan jiwa nasionalisme yang tinggi serta berpikir cerdas dan
patriotik. Merah putih lebih dulu baru kecakapan intelektualitas dan
kecendikiawanan yang tinggi untuk melengkapinya. Tidak kita inginkan dimasa
datang cakap dan cerdas tetapi tidak memiliki jiwa kejuangan dan mentalnya
lemah. Walaupun pengaruh globaliasi
"mendera" dan "melarutkan" apa saja yang ada dalam muka
bumi tetapi tidak boleh menggeser semua nilai-nilai nasionalisme dan patriotisme generasi muda. Oleh sebab itu perlu
dipupuk jati diri bangsa Indonesia melalui pemanfaatan literasi digital.
Mereaktualisasi literasi digital yang berisi konten berbasis nasionalisme,
karakter, budaya, dan industri kreatif dapat dilihat sebagai berikut.
Teknologi digital telah tersebar luas namun masih banyak
orang yang belum dapat memanfaatkan teknologi ini secara produktif. Penyalahgunaan
teknologi digital dapat berdampak buruk bagi kehidupan pribadi dan sosial. Oleh
karena itu, literasi digital perlu dikembangkan untuk membangun
karakter generasi
muda. Dimensi literasi digital meliputi alat dan
sistem, informasi dan data, berbagi dan kreasi, konteks sejarah dan budaya.
Melalui pemahaman terhadap dimensi tersebut dapat dikembangkan
materi dan metode pembelajaran literasi digital di sekolah tingkat SD, SMP, dan SMA
dan luar sekolah.
Menyikapi kemajuan teknologi berupa
literasi media berbasis digital memberikan saran kepada para generasi muda agar
senantiasa dapat memilah mana yang baik dan buruk serta jangan mudah
terpengaruh akan nilai-nilai yang diluar dari ideologi bangsa yaitu Pancasila. Generasi muda perlu menanamkan adanya sikap saling toleransi, menghargai
dan menghormati. Menjadi tugas generasi muda sekarang menjaga Indonesia agar tetap utuh dengan
berbagai keanekaragaman yang sudah ada. Kita harus melawan perpecahan, karena kita adalah satu
bangsa, satu bahasa, dan satu tanah tumpah darah, tanah air Indonesia.
Komentar
Posting Komentar